Gurusebagai ujung tombak di sekolah pada era ini dan era selanjutnya ditantang untuk melakukan akselerasi terhadap perkembangan TIK yang dapat mengubah infromasi baik yang tadinya berwujud tulisan, gambar, maupun suara menjadi wujud kumpulan lambang bilangan 0 dan 1, yang sering disebut digital. Dalam bentuk baru semacam ini informasi tersebut The impact of globalization can be seen by the existence of technology and fast-use information which the majority have been enjoyed by every level of society. The existence of technology and information has now begun to be used to support the process of providing education. In order for these activities to be carried out optimally, it needs to be supported by the professional skills of each educational actor in the school. The purpose of this study is to determine the role and challenges of educators in the digital era. The method used in this article is a qualitative approach in the form of a librarian study. This article discusses the role of educators in the digital era. The way educators teach has changed due to technology in the digital age. The role of the teacher has also expanded beyond being a teacher who is also a facilitator of learning that encourages learners to develop skills in critical thinking, creative thinking, and working in teams. This article also discusses the difficulties or challenges experienced by educators in facing the digital era. And also discussed the efforts that will be made to reduce the difficulties or challenges of educators in learning in the digital Digital Era, Roles and Challenges, EducatorsAbstrak Dampak globalisasi dapat diketahui dengan adanya teknologi dan informasi cepat guna yang mayoritas sudah dinikmati oleh setiap lapisan masyarakat. Keberadaan teknologi dan informasi kini sudah mulai digunakan untuk menunjang proses penyelenggaraan pendidikan. Agar kegiatan tersebut dapat dilaksanakan secara maksimal perlu didukung oleh keterampilan profesional dari setiap pelaku pendidikan yang ada di sekolah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran dan juga tantangan para tenaga pendidik di era digital. Metode yang dipakai dalam artikel ini adalah pendekatan kualitatif berupa studi kepustakaaan. Artikel ini membahas peran tenaga pendidik di era digital. Cara tenaga pendidik dalam mengajar telah berubah akibat teknologi di era digital. Peran guru juga telah berkembang melampaui seorang guru yakni juga menjadi fasilitator pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk mengembangkan keterampilan dalam berpikir kritis, berpikir kreatif, dan bekerja dalam tim. Artikel ini juga membahas tentang kesulitan-kesulitan atau tantangan yang dialami para tenaga pendidik dalam menghadapi era digital. Serta juga membahas tentang upaya upaya yang akan dilakukan untuk mengurangi kesulitan-kesulitan atau tantangan para tenaga pendidik dalam pembelajaran di era kunci Era Digital, Peran dan Tantangan, Tenaga Pendidik Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Proceedings Series of Educational Studies Prosiding Seminar Nasional “Peran Manajemen Pendidikan Untuk Menyiapkan Sekolah Unggul Era Learning Society Departemen Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike International License. Peran dan Tantangan Tenaga Pendidik dalam Pembelajaran di Era Digital Tri Bintang Indiarto Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang No. 5 Malang, Jawa Timur, Indonesia * Abstract The impact of globalization can be seen by the existence of technology and fast-use information which the majority have been enjoyed by every level of society. The existence of technology and information has now begun to be used to support the process of providing education. In order for these activities to be carried out optimally, it needs to be supported by the professional skills of each educational actor in the school. The purpose of this study is to determine the role and challenges of educators in the digital era. The method used in this article is a qualitative approach in the form of a librarian study. This article discusses the role of educators in the digital era. The way educators teach has changed due to technology in the digital age. The role of the teacher has also expanded beyond being a teacher who is also a facilitator of learning that encourages learners to develop skills in critical thinking, creative thinking, and working in teams. This article also discusses the difficulties or challenges experienced by educators in facing the digital era. And also discussed the efforts that will be made to reduce the difficulties or challenges of educators in learning in the digital era. Keywords Digital Era, Roles and Challenges, Educators Abstrak Dampak globalisasi dapat diketahui dengan adanya teknologi dan informasi cepat guna yang mayoritas sudah dinikmati oleh setiap lapisan masyarakat. Keberadaan teknologi dan informasi kini sudah mulai digunakan untuk menunjang proses penyelenggaraan pendidikan. Agar kegiatan tersebut dapat dilaksanakan secara maksimal perlu didukung oleh keterampilan profesional dari setiap pelaku pendidikan yang ada di sekolah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran dan juga tantangan para tenaga pendidik di era digital. Metode yang dipakai dalam artikel ini adalah pendekatan kualitatif berupa studi kepustakaaan. Artikel ini membahas peran tenaga pendidik di era digital. Cara tenaga pendidik dalam mengajar telah berubah akibat teknologi di era digital. Peran guru juga telah berkembang melampaui seorang guru yakni juga menjadi fasilitator pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk mengembangkan keterampilan dalam berpikir kritis, berpikir kreatif, dan bekerja dalam tim. Artikel ini juga membahas tentang kesulitan-kesulitan atau tantangan yang dialami para tenaga pendidik dalam menghadapi era digital. Serta juga membahas tentang upaya upaya yang akan dilakukan untuk mengurangi kesulitan-kesulitan atau tantangan para tenaga pendidik dalam pembelajaran di era digital. Kata kunci Era Digital, Peran dan Tantangan, Tenaga Pendidik Teknologi informasi dan komunikasi telah mengalami kemajuan seiring dengan perkembangan zaman, akibatnya interaksi dan penyampaian informasi dapat berlangsung dengan sangat cepat. Seiring dengan perkembangan zaman yang kian cepat membuat persaingan terjadi diantara negara yang mengakibatkan sebuah negara harus meningkatkan Proceedings Series of Educational Studies 414 sumber daya manusia yang mereka miliki, salah satu caranya yaitu dengan memberikan pendidikan yang berkuailtas. Pendidikan menjadi salah satu faktor yang menentukan dalam pembangunan suatu bangsa. Melalui pendidikan, individu dapat memperoleh pengetahuan dn kemampuan yang diperlukan menghadapi tantangan di masa depan. Pendidikan memainkan peran penting dalam pertumbuhan manusia dan masyarakat. Tuntutan akan pendidikan berkualitas tinggi meningkat seiring dengan kemajuan teknologi dan informasi. Di era digital, pendidik memainkan peran penting dalam memastikan keberhasilan pendidikan berkualitas tinggi. Serta dalam pembelajarannya pendidik memainkan peran yang tidak kalah penting juga, yakni memberikan metode pembelajaran yang beragam dan tidak monoton agar peserta didik tidak cepat bosan dalam menerima materi. Untuk itu, keberhasilan dalam mencapai pendidikan berkualitas sangat bergantung pada keterampilan dan profesionalisme para pendidik dan tenaga kependidikan. Dengan adanya tenaga SDM yang terampil dan profesional di bidangnya, sangat mungkin tercipta pendidikan yang bermutu. Pendidikan yang berkualitas ini akan tercermin dalam pribadi peserta didik yang berkualitas, dengan perubahan sikap, perilaku, tutur kata, dan tindakan yang positif, beradab, dan berbudaya. Peran guru sebagai perancang masa depan suatu bangsa tidak dapat dipisahkan dari pembahasan pendidikan. Bangsa yang maju tidak akan bisa eksis tanpa sistem pendidikan yang berkualitas. Kunci suatu bangsa adalah pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas Mansir, 2020. Guru di Indonesia harus menunjukkan profesionalisme dan karakter positif yang kuat. Selain itu, mereka juga memiliki intelektual yang mumpuni. Ketika pemerintah memutuskan bahwa seorang guru harus memiliki sertifikasi sebagai bukti kualifikasi dan kepatuhannya terhadap undang-undang, hal ini sejalan dengan hal tersebut. profesional terdidik yang siap untuk mengajar. Cara guru dalam mengajar telah berubah akibat teknologi di era digital. Selain mengajar, pendidik memfasilitasi pembelajaran dengan mendorong siswa untuk memperoleh keterampilan kritis, kreatif, dan kolaboratif. Namun, kesulitannya juga menjadi lebih sulit. Guru harus mampu mengelola informasi yang dibutuhkan untuk pembelajaran dan menggabungkan teknologi ke dalam kelas. Dalam pembelajaran di era digital, para tenaga pendidik harus mampu memasukkan unsur teknologi kedalam proses pembelajaran meeka. Agar proses pembelajaran menjadi efektif dan efisien. Selain itu, manfaatnya bagi para peserta didik adalah peserta didik menjadi terbiasa dengan teknologi sedari muda, jika para tenaga pendidik sudah memasukan unsur teknologi kedalam proses pembelajaran. Selain memiliki manfaat terhadap peserta didik, terdapat juga manfaat jika memasukan unsur teknologi kedalam proses pembelajaran terhadap tenaga pendidik yakni tenga pendidik akan melek terhadap teknologi, tenaga pendidik juga akan terus belajar mengenai teknologi dan juga tenaga pendidik akan mempunyai waktu yang lebih efektif dan efisien dalam menyusun materi pembelajaran. Tenaga pendidik juga perlu mampu mengembangkan keterampilan digital yang memadai, baik dalam hal literasi digital, literasi media, hingga keterampilan teknologi yang lebih canggih. Literasi digital menjadi keterampilan dasar yang sangat penting untuk dikuasai dalam era digital ini. Hal ini mencakup kemampuan untuk mengakses, mengevaluasi, dan Proceedings Series of Educational Studies 415 menggunakan informasi secara efektif dari berbagai sumber digital. Selain itu, keterampilan teknologi yang lebih canggih seperti coding, design thinking, dan keterampilan analisis data juga menjadi keterampilan yang sangat dibutuhkan dalam era digital ini. Pembelajaran di era digital sudah tidak terbatas dengan kelas dan juga buku buku fisik. Dikarenakan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang dengan cepat dan tidak terbendung. Guru dalam era digital harus menerapkan konsep yang memperlakukan siswa dapat belajar dimana saja, kapan saja, dari siapa saja, dan dari sumber mana saja. Akan tetapi tenaga pendidik juag harus mengecek ulang sumber sumber yang menjadi sumber belajar peserta didik. Untuk memenuhi tuntutan pembelajaran di era digital, seorang pendidik harus menguasai teknologi dengan baik. Hal ini bukan hanya berkaitan dengan kemampuan teknis dalam menggunakan perangkat dan aplikasi digital, tetapi juga memahami bagaimana teknologi dapat digunakan secara efektif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Pendidik yang paham teknologi juga dapat menggunakan data yang dihasilkan teknologi untuk melacak kemajuan siswa dan menyesuaikan instruksi untuk memenuhi kebutuhan dan kemampuan masing-masing siswa. Seorang pendidik dapat mengembangkan strategi pembelajaran yang lebih efisien dan efektif untuk setiap siswa dengan memanfaatkan data yang sesuai. Namun, penting untuk diingat bahwa menjadi ahli dalam teknologi bukanlah tujuan akhir seorang pendidik. Teknologi hanyalah alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, seorang pendidik juga harus terus membina kemampuan dan kemampuan yang diharapkan menjadi pendidik yang berkualitas, misalnya kemampuan menyampaikan dengan baik, mendorong peserta didik, dan membina program pendidikan yang sesuai. Artikel ini dalam metodenya menggunakan metode penelitian kualitatif berupa studi pustaka. Studi Pustaka dilakukan dengan menggunakan literatur review. Literatur review merupakan teknik penelitian yang dilakukan dengan cara menelaah dan mempelajari berbagai kajian kepustakaan yang diperlukan dalam penelitian. Penelitian dilakukan dengan cara mencari referensi teori kepustakaan yang relefan dengan topik dan permasalahan. Literatur review dilakukan dengan mengkaji berbagai sumber berupa jurnal, artikel, buku, dan internet. Referensi teori kepustakaan yang diperoleh dari penelitian studi literatur tersebut dijadikan bahan utama pembahasan dalam penelitian. Hasil Peran guru dalam pendidikan dan pembelajaran adalah guru akan menjadi teladan bagi siswa, guru juga menjadi fasilitator, inspirator, motivator, imajinasi, kreativitas dan bekerja sama. Selain terdapat peran, tenaga pendidik juga mempunyai tantangan dalam pembelajaran di era digital, menurut Syamsuar dan Reflianto 2018 yaitu, anak dididik dan dilatih dengan cara bekerja sambil belajar, pelajaran tidak hanya diberikan pada jam pelajaran saja, tetapi Proceedings Series of Educational Studies 416 juga dalam setiap kesempatan di luar jam sekolah. Selain itu, terdapat tantangan atau kesulitan yang dialami oleh tenaga pendidik di era digital bahwa guru sampai sekarang masih banyak yang memakai produk 80-an, sementara peserta didiknya sudah memakai produk kontemporer. Yang mengakibatkan banyak ketidakcocokan antara guru dan murid. Selainitu, terdapat upaya lain, yakni Pengembangan dan pelatihan keterampilan digital, Teknologi dan infrastruktur yang memadai, Pengembangan kurikulum yang responsif, Terbentuknya komunitas pembelajar, Meningkatkan literasi media dan digital, Pendekatan baru untuk pendidikan sedang dikembangkan. Pembahasan Peran Tenaga pendidik Guru akan menjadi teladan bagi siswa Selain mengajar dan memberikan pengetahuan kepada siswa, seorang guru juga berperan sebagai teladan bagi siswa dan memberikan contoh perilaku yang baik. Seorang guru harus mampu menginspirasi siswa untuk bertindak secara positif dan menjadi teladan yang positif. Seorang guru dapat berperan sebagai model bagi siswanya dalam beberapa cara, antara lain a. Menunjukkan sikap positif Dalam keadaan apapun, seorang guru harus selalu menjaga sikap positif. Siswa dapat termotivasi dan terinspirasi untuk berpikir positif tentang kehidupan mereka dengan sikap ceria guru. b. Komunikasi yang baik Seorang guru harus mampu berkomunikasi secara efektif dan menginstruksikan siswa dalam melakukannya. Agar siswa merasa dihargai dan diakui, guru juga harus selalu mendengarkan dan memahami pendapat mereka. c. Bersikap profesional setiap saat Seorang guru harus bertindak dan berbicara dengan profesionalisme setiap saat, termasuk dalam berpakaian. Siswa dapat belajar untuk menghargai pekerjaan mereka sebagai pendidik dan mengadopsi sikap profesional melalui ini. d. menunjukkan pengabdian Ketika mengajar dan mengarahkan siswa, seorang guru harus menunjukkan dedikasi dan ketekunan. Siswa dapat belajar dari guru yang berdedikasi betapa pentingnya kerja keras dan ketekunan untuk sukses. Guru menjadi Fasilitator Sebagai fasilitator, seorang guru harus dapat membantu siswa meningkatkan kemampuan belajarnya. Siswa harus dapat belajar dan tumbuh dalam lingkungan yang nyaman dan aman bagi guru untuk menjadi efektif. Selain itu, seorang guru yang baik harus mampu mengenali potensi siswa serta kebutuhan mereka dan memberikan bantuan yang diperlukan. Proceedings Series of Educational Studies 417 Guru menjadi Motivator Sebagai motivator, seorang guru harus mampu menginspirasi siswa untuk belajar dan berhasil. Siswa harus termotivasi dan didukung oleh guru untuk terus belajar dan meningkatkan keterampilan mereka. Guru yang baik juga harus mampu mendorong rasa percaya diri siswa dan memberikan umpan balik yang konstruktif. Guru menjadi Imajinasi Seorang pendidik sebagai pemikir kreatif harus dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan pikiran kreatifnya dan mengembangkan daya ciptanya. Pendidik harus memiliki kemampuan untuk menggerakkan dan menyegarkan pikiran siswa untuk membuat sesuatu yang baru dan inovatif. Guru menjadi Kreativitas Seorang pendidik yang kreatif harus mampu menumbuhkan kreativitas siswa dan memberi mereka kesempatan untuk menyelidiki dan mengkomunikasikan ide-ide mereka. Kegiatan dan proyek yang mendorong siswa untuk berpikir kreatif dan mengembangkan keterampilan kreatif mereka harus dirancang oleh guru. Guru akan Bekerja sama Sebagai anggota tim, seorang guru harus dapat berkolaborasi secara erat dengan guru lain dan staf sekolah untuk menciptakan lingkungan belajar yang efisien dan efektif. Instruktur harus dapat bekerja sama dengan mitranya untuk membangun program pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan mendorong pencapaian siswa. Untuk menjalankan peran-peran diatas seorang tenaga pendidik harus memiliki beberapa kompetensi atau krietia yang harus dimiliki oleh tenaga pendidik pada era digital, menurut Nuryani dan Handayani 2020 kriteria atau kompetensinya yaitu a. Critical Thinking and Problem solving keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah Yaitu kemampuan untuk memahami masalah yang kompleks, menghubungkan informasi yang berbeda, dan pada akhirnya menghasilkan berbagai perspektif dan solusi untuk suatu masalah. Kapasitas untuk bernalar, memahami, dan membuat keputusan sulit adalah apa yang dimaksud dengan kompetensi ini; memahami bagaimana sistem, kompilasi, pengungkapan, pemecahan masalah, dan analisis terhubung. Hal ini sangat penting bagi siswa untuk belajar di era digital. b. Communication and collaborative skill keterampilan komunikasi dan kolaborasi Adalah keterampilan berbasis teknologi informasi dan komunikasi yang harus digunakan guru untuk membangun keterampilan komunikasi seperti kolaborasi dan kompetensi. Proceedings Series of Educational Studies 418 c. Creativity and innovative skill kterampilan berpikir kreatif dan inovasi Tentunya agar seorang guru dapat menularkannya kepada anak didiknya terlebih dahulu harus kreatif dan inovatif. d. Information and communication technology literacy Literasi teknologi informasi dan kominikasi Di era digital, guru harus melek teknologi informasi dan komunikasi TIK agar tidak tertinggal dari siswanya. Agar pendidik dapat menghasilkan peserta didik yang siap bersaing maka perlu menguasai literasi teknologi informasi dan komunikasi. e. Contextual learning skill Pembelajaran ini yang sangat sesuai diterapkan oleh guru, ketika guru sudah menguasai TIK, maka pembelajaran kontekstual lebih mudah diterapkan. Saat ini TIK salah satu konsep kontekstual yang harus diketahui oleh guru, materi pembelajaran berbasis TIK sehingga guru sangat tidak siap jika tidak memiliki literasi TIK. Materi yang bersifat abstrak mampu disajikan lebih riil dan kontekstual menggunakan TIK. f. Information and media literacy literasi informasi dan media Banyak media informasi bersifat sosial yang digeluti peserta didik. Media sosial seolah menjadi. Untuk melihat apakah seorang guru atau tenaga pendidik mempunyai kriteria atau kompetensi diatas maka diadakan seleksi. Dalam penyeleksian tenaga pendidik segala yang berkaitan dengan si calon guru atau tenaga pendidik harus dihilangkan, seperti hubungan darah, hubungan pertemanan, hubungan asmara. Karena jika tidak dihilangkan akan membuat proses penyeleksian tidak efektif dan menyebabkan kriteria atau kompetensi diatas tidak terlihat oleh penyeleksi. Tantangan tenaga pendidik a. Anak dididik dan dilatih dengan cara bekerja sambil belajar Metode "bekerja sambil belajar" atau "learning by doing" merujuk pada pendekatan belajar di mana anak didik diberikan kesempatan untuk belajar melalui pengalaman praktis di tempat kerja atau dalam situasi yang relevan dengan pekerjaan atau karir yang diinginkannya. Pendekatan ini biasanya dilakukan dalam bentuk magang atau program pelatihan yang menggabungkan pembelajaran di kelas dengan pelatihan praktis di tempat kerja. pendekatan bekerja sambil belajar memiliki beberapa kelemahan. Salah satunya adalah bahwa mungkin sulit bagi anak didik untuk menyeimbangkan antara tugas kerja dan tugas belajar mereka. Selain itu, program pelatihan bekerja sambil belajar mungkin tidak tersedia di semua industri atau bidang pekerjaan, dan biayanya mungkin lebih tinggi daripada program pelatihan tradisional. b. Pelajaran tidak hanya diberikan pada jam pelajaran saja, tetapi juga dalam setiap kesempatan di luar jam sekolah. Mengacu pada gagasan bahwa pembelajaran tidak terbatas pada waktu dan tempat tertentu, melainkan dapat terjadi di setiap saat dan di mana saja. Dalam rangka untuk Proceedings Series of Educational Studies 419 memaksimalkan pembelajaran di luar jam pelajaran, peran guru, sangat penting. guru dapat membantu siswa menemukan kesempatan pembelajaran yang berharga dan memberikan dukungan yang diperlukan untuk membantu mereka memperoleh pengalaman yang bermanfaat. Sementara itu guru tidak selalu bersama peserta didik selama pembelajaran diluar jam pelajaran, itulah yang menyebabkan ia berada di tantangan tenaga pendidik. c. Guru sampai sekarang masih banyak yang memakai produk 80-an, sementara peserta didiknya sudah memakai produk kontemporer. Yang mengakibatkan banyak ketidakcocokan antara guru dan murid. Fenomena di mana guru masih menggunakan produk atau teknologi dari era 80-an sedangkan peserta didiknya sudah beralih ke produk kontemporer adalah masalah yang umum terjadi. Hal ini dapat menyebabkan ketidakcocokan antara guru dan murid dalam hal penggunaan teknologi dan dapat menghambat proses pembelajaran. Beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab dari fenomena ini adalah kurangnya aksesibilitas dan dukungan untuk penggunaan teknologi baru di kalangan guru, ketidakpahaman mengenai manfaat dari teknologi terbaru, dan kurangnya pelatihan atau pendidikan tentang teknologi terbaru untuk guru. Kurangnya aksesibilitas dan dukungan untuk penggunaan teknologi baru dapat terjadi karena biaya untuk membeli atau mengakses teknologi baru masih terlalu mahal atau karena sekolah belum memiliki infrastruktur yang memadai untuk mendukung penggunaan teknologi terbaru. Ketidakpahaman mengenai manfaat dari teknologi terbaru juga dapat menjadi masalah. Beberapa guru mungkin merasa bahwa teknologi lama masih cukup efektif dalam membantu proses pembelajaran dan mungkin tidak menyadari manfaat dari teknologi terbaru untuk membantu siswa mencapai hasil yang lebih baik. Kurangnya pelatihan atau pendidikan tentang teknologi terbaru untuk guru juga dapat menjadi faktor yang mempengaruhi fenomena ini. Beberapa guru mungkin tidak memiliki kesempatan untuk belajar tentang teknologi terbaru atau mungkin tidak merasa nyaman menggunakan teknologi baru karena kurangnya pelatihan dan dukungan. Selain tantangan diatas, ada beberapa tantangan guru atau tenaga pendidik dalam pembelajaran di era digital, yaitu a. Tantangan teknis Tenaga pendidik harus memahami dan menguasai teknologi yang digunakan dalam pembelajaran, seperti platform pembelajaran online, aplikasi pembelajaran, dan perangkat keras yang diperlukan. Selain itu, mereka juga harus mampu mengatasi masalah teknis yang muncul selama proses pembelajaran. b. Tantangan kurikulum Perubahan teknologi yang terus menerus dapat membuat kurikulum yang telah ditentukan menjadi tidak relevan atau kurang efektif. Tenaga pendidik harus dapat memperbarui kurikulum mereka secara teratur untuk memastikan bahwa materi yang diajarkan sesuai dengan perkembangan teknologi terbaru dan memenuhi kebutuhan siswa. c. Tantangan pengajaran Proceedings Series of Educational Studies 420 Tenaga pendidik harus menyesuaikan metode pengajaran mereka dengan teknologi yang digunakan, dan harus dapat menyediakan pengalaman belajar yang menarik dan interaktif untuk siswa. Mereka juga harus dapat memfasilitasi kolaborasi dan interaksi antara siswa dan menilai keterlibatan siswa dalam pembelajaran. d. Tantangan penilaian Dalam era digital, penilaian siswa dapat dilakukan secara online dengan menggunakan perangkat lunak khusus. Namun, tenaga pendidik harus memastikan bahwa penilaian tersebut adil dan akurat dan bahwa nilai yang diberikan mencerminkan kemampuan dan prestasi siswa. e. Tantangan keterbatasan akses Meskipun teknologi dapat meningkatkan akses ke sumber daya pembelajaran yang lebih banyak, namun tidak semua siswa memiliki akses yang sama terhadap teknologi yang diperlukan. Tenaga pendidik harus dapat memastikan bahwa siswa yang memiliki keterbatasan akses tetap dapat mengakses materi pembelajaran dan memiliki pengalaman pembelajaran yang sebanding dengan siswa lainnya Upaya Ada beberapa upaya yang dilakukan tenaga pendidik dalam mengatasi tantangan pembelajaran di era digital. Adapun menurut Diplan dalam Fatah dan Amirudin 2022 adalah a. Guru tidak boleh gagap teknologi, komputer dan gawai harus menjadi keseharian bagi guru. Dalam era digital saat ini, guru tidak boleh gagap teknologi karena teknologi telah menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari, termasuk dalam dunia pendidikan. Sebagai pengajar, guru harus mampu mengikuti perkembangan teknologi dan memanfaatkannya sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran. Komputer dan gadget gawai adalah alat teknologi yang sangat penting dalam dunia pendidikan. Dengan memanfaatkan komputer dan gawai, guru dapat memperkaya materi pelajaran dengan sumber daya digital yang lebih bervariasi dan interaktif, termasuk presentasi multimedia, video, animasi, aplikasi pembelajaran, dan platform pembelajaran online. Selain itu, penggunaan komputer dan gawai juga dapat membantu guru dalam mengelola tugas administratif seperti membuat jadwal, mengevaluasi kinerja siswa, dan mengirim laporan ke orang tua. Dengan demikian, guru dapat mengoptimalkan waktu dan fokus pada tugas-tugas yang lebih penting seperti mengajar dan membimbing siswa. Namun, untuk dapat memanfaatkan teknologi dengan baik, guru harus terampil dan terbiasa menggunakan komputer dan gawai dalam kegiatan sehari-hari. Guru harus menguasai teknologi dan memahami cara kerjanya agar dapat menggunakannya secara efektif dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, guru perlu mengembangkan keterampilan dan kemampuan dalam penggunaan teknologi dan terus memperbarui pengetahuannya tentang teknologi terbaru. Proceedings Series of Educational Studies 421 Keterampilan teknologi yang dimiliki oleh guru juga akan membantu siswa dalam belajar dan mempersiapkan mereka untuk hidup di era digital yang semakin maju. Siswa dapat belajar tentang teknologi dan memahami cara menggunakannya dengan benar dan efektif melalui contoh dan bimbingan dari guru mereka. b. Memahami kecenderungan yang terjadi terkait perubahan teknologi. adalah hal yang sangat penting dalam memastikan keberhasilan pembelajaran. Era digital telah membawa perubahan besar dalam cara kita belajar dan mengajar, dan tenaga pendidik harus dapat mengikuti perkembangan teknologi dan memanfaatkannya dengan baik untuk mengatasi tantangan pembelajaran yang muncul. Salah satu tantangan utama yang dihadapi oleh tenaga pendidik dalam era digital adalah bagaimana mengintegrasikan teknologi dalam pembelajaran untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembelajaran. Hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan berbagai alat dan aplikasi teknologi seperti e-learning, virtual classroom, dan media sosial untuk memfasilitasi pembelajaran yang lebih interaktif dan partisipatif. Selain itu, tenaga pendidik juga harus mampu mengatasi masalah seperti kurangnya akses ke teknologi dan kecenderungan siswa untuk terlalu bergantung pada teknologi. Mereka harus memastikan bahwa teknologi digunakan secara efektif dan efisien, dan memberikan panduan dan dukungan yang tepat kepada siswa dalam penggunaan teknologi. Tenaga pendidik juga harus mempertimbangkan cara-cara baru untuk mengukur kemajuan siswa dan memberikan umpan balik yang efektif dalam era digital. Mereka harus memanfaatkan teknologi untuk mengembangkan metode evaluasi yang lebih interaktif dan partisipatif, seperti penggunaan game atau aplikasi mobile untuk mengukur kemajuan siswa dan memberikan umpan balik yang tepat. Selain itu, tenaga pendidik juga harus memastikan bahwa mereka terus mengembangkan keterampilan dan pengetahuan mereka dalam bidang teknologi dan pendidikan. Mereka harus terus mempelajari teknologi baru dan mengikuti perkembangan terbaru dalam dunia pendidikan, serta menghadiri pelatihan dan workshop yang relevan untuk meningkatkan keterampilan mereka dalam memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran. Selain upaya yang dapat dilakukan diatas, ada beberapa upaya lain yang dapat dilakukan tenaga pendidik dalam menghadapi tantangan dalam pembelajaran di era digital, yaitu a. Pengembangan dan pelatihan keterampilan digital Untuk menggabungkan teknologi dengan benar ke dalam proses pembelajaran, pendidik memerlukan pelatihan dan pengembangan keterampilan digital yang memadai. Ini dapat dicapai dengan memberikan instruksi reguler tentang kemajuan teknologi terbaru dan penerapannya pada pendidikan. Proceedings Series of Educational Studies 422 b. Teknologi dan infrastruktur yang memadai Untuk mendukung pembelajaran di era digital, pemerintah dan lembaga pendidikan harus menyediakan infrastruktur dan teknologi yang memadai, seperti jaringan internet yang andal dan perangkat teknologi yang memadai. Ini penting untuk pembelajaran online dan integrasi teknologi yang efektif dalam pendidikan. c. Pengembangan kurikulum yang responsif Kurikulum perlu diperbarui untuk mengikuti kemajuan teknologi dan mencakup keterampilan digital yang cukup bagi siswa. Kurikulum harus direvisi secara berkala untuk memenuhi tuntutan pasar kerja dan kemajuan teknologi. d. Terbentuknya komunitas pembelajar Untuk dapat saling berbagi pengetahuan dan pengalaman terkait pemanfaatan teknologi dalam pendidikan, pendidik dan peserta didik harus membentuk komunitas belajar yang memadai. Hal ini dapat dilakukan dengan mengadakan webinar, kelompok belajar online, atau forum diskusi. e. Meningkatkan literasi media dan digital Agar siswa dapat memahami dan mengatasi dampak negatif penggunaan teknologi, pendidik harus meningkatkan literasi media dan literasi digital siswanya. Hal ini dapat dicapai dengan memberikan informasi tentang bahaya penggunaan teknologi yang tidak tepat dan pendidikan tentang cara menggunakan teknologi secara etis dan bertanggung jawab. f. Pendekatan baru untuk pendidikan sedang dikembangkan Untuk menginspirasi siswa agar belajar dan menggunakan keterampilan digital dengan lebih baik, pendidik perlu menghadirkan pendekatan baru dan kreatif untuk mengajar. Hal ini dapat dilakukan melalui pembuatan video tutorial pembelajaran, penggunaan gamifikasi dalam pendidikan, atau aplikasi pembelajaran online. Perlindungan hukum dan upaya melawan kekerasan terhadap guru yang saat ini terjadi, melalui kehadiran negara dan organisasi profesi didalamnya sangat mendesak dilakukan. Perlindungan hukum dimaksud meliputi perlindungan yang muncul akibat tindakan dari siswa, orang tua siswa, masyarakat, birokrasi atau pihak lain, berupa tindak kekerasan, ancaman, baik fisik maupun psikologis, perlakuan diskriminatif, intimidasi, dan perlakuan tidak adil. Negara mesti menjadi alat mediasi dari kecemasan yang dialami guru dalam interaksi sosial dan kelelahan psikologis pada hubungan antara gejala gangguan stres pascatrauma yang diakibatkannya. menjadi korban kekerasan, perilaku merusak diri sendiri, dan niat berpindah. Organisasi profesi ke depan perlu memasukan penanggulangan ancaman dan kekerasan terhadap guru sebagai salah satu fokus kerjanya. Proceedings Series of Educational Studies 423 Bogler, R., & Somech, A. 2004. Influence of teacher empowerment on teachers’ organizational commitment, professional commitment and organizational citizenship behavior in schools. Teaching and Teacher Education, 203, 277–289. Dabengwa, I. M., Young, S., & Ngulube, P. 2023. Rigour in phenomenological and phenomenography studies A scoping review of library and information science research. Library & Information Science Research, 451, 101219. Dalle, A., & Darmawati, D. 2022. The Musyawarah Guru Mata Pelajaran Forum and Its Roles in Improving the Professionalism of High School English Teachers. Indonesian Research Journal in Education IRJE, 62, Article 2. Ervasti, J., Kivimäki, M., Pentti, J., Salmi, V., Suominen, S., Vahtera, J., & Virtanen, M. 2012. Work-related violence, lifestyle, and health among special education teachers working in Finnish basic education. The Journal of School Health, 827, 336–343. Espelage, D., Anderman, E. M., Brown, V. E., Jones, A., Lane, K. L., McMahon, S. D., Reddy, L. A., & Reynolds, C. R. 2013. Understanding and preventing violence directed against teachers Recommendations for a national research, practice, and policy agenda. American Psychologist, 68, 75–87. Harahap, K. F., Naufal, A. F., & Berliansyah, M. R. 2022. Organisasi Profesi Guru Kajian Manajemen Pendidikan Islam. Cendekiawan Jurnal Pendidikan Dan Studi Keislaman, 11, Article 1. Holt, A., & Birchall, J. 2022. Violence towards teaching/classroom assistants in mainstream UK schools Research findings and recommendations. University of Roehampton, UK. Karyadiputra, E., Pratama, S., Muin, A. A., Setiawan, A., & Rahman, F. Y. 2022. Pelatihan Video Pembelajaran Berbasis Multimedia Pada Musyawarah Guru Mata Pelajaran Prakarya MGMP Prakarya SMP Kab. Barito Kuala. ABDINE Jurnal Pengabdian Masyarakat, 21, Article 1. Komara, E. 2016. Perlindungan Profesi Guru di Indonesia. Mimbar Pendidikan, 12, Article 2. Li, Y., Ahn, J., Ko, S., Hwang, I., & Seo, Y. 2023. Impact of Teachers’ Post-Traumatic Stress Due to Violence Victimization Moderated Mediation Effect of Living a Calling. Behavioral Sciences Basel, Switzerland, 132, 139. Longobardi, C., Badenes-Ribera, L., Fabris, M. A., Martinez, A., & McMahon, S. D. 2019. Prevalence of student violence against teachers A meta-analysis. Psychology of Violence, 9, 596–610. Maeng, J. L., Malone, M., & Cornell, D. 2020. Student threats of violence against teachers Prevalence and outcomes using a threat assessment approach. Teaching and Teacher Education, 87, 102934. Masath, F. B., Scharpf, F., Dumke, L., & Hecker, T. 2023. Externalizing problems mediate the relation between teacher and peer violence and lower school performance. Child Abuse & Neglect, 135, 105982. Meier, K. J., & O’Toole Jr, L. J. 2006. Political Control versus Bureaucratic Values Reframing the Debate. Public Administration Review, 662, 177–192. Moon, B., & McCluskey, J. 2016. School-Based Victimization of Teachers in Korea Focusing on Individual and School Characteristics. Journal of Interpersonal Violence, 317, 1340–1361. Özdemir, S. M. 2012. An Investigation of Violence against Teachers in Turkey. Journal of Instructional Psychology, 391, 51–62. Pişkin, M., Atik, G., Çinkir, Ş., Öğülmüş, S., Babadoğan, C., & Çokluk, Ö. 2014. The Development and Validation of the Teacher Violence Scale. Eurasian Journal of Educational Research, 5656, Article 56. Randolph, J. 2019. A Guide to Writing the Dissertation Literature Review. Practical Assessment, Research, and Evaluation, 141. Reddy, L. A., Espelage, D., McMahon, S. D., Anderman, E. M., Lane, K. L., Brown, V. E., Reynolds, C. R., Jones, A., & Kanrich, J. 2013. Violence Against Teachers Case Studies from the APA Task Force. International Proceedings Series of Educational Studies 424 Journal of School & Educational Psychology, 14, 231–245. Shen, J. 1997. The Evolution of Violence in Schools. Educational Leadership, 552, 18–20. Terzoudi, T. 2020. Violence Against Teachers in Sweden The hidden side of School Violence. Malmö universitet/Hälsa och samhälle. Weng, C., Tu, S. W., Sim, I., & Richesson, R. 2010. Formal representation of eligibility criteria A literature review. Journal of Biomedical Informatics, 433, 451–467. Zhang, Y., Jian, J., & Yuan, Y. 2022. How supervisors’ academic capital influences business graduate students’ perceived supervisor support and creativity Evidence from the tutorial system in China. The International Journal of Management Education, 203, 100732. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this LiJeehyon AhnSein KoYoungseok SeoBased on the Affective Events Theory, Work as a Calling Theory, and related studies, this research examined the moderated mediating effects of Living a Calling and the mediating effect of social interaction anxiety and psychological burnout on the relationships between post-traumatic stress disorder symptoms consequent to violence victimization, self-destructive behaviors, and turnover intention. Data from 420 Korean elementary and secondary school teachers were analyzed using the moderated mediation model. The analysis revealed that post-traumatic stress disorder caused by violence victimization positively affected self-destructive behavior and turnover intention through the sequential mediation of social interaction anxiety and psychological burnout. Further, Living a Calling moderated the indirect effect of violence victimization; the stronger the Living-a-Calling experience, the greater the indirect effect of violence victimization on turnover intention. Additionally, when the sense of Living a Calling was low, post-traumatic stress disorder caused by violence did not significantly affect turnover intention through social interaction anxiety, but contrary to expectations, the stronger the sense of Living a Calling, the more positive the mediating effect of social interaction anxiety. Therapeutic interventions in teachers’ work environment, improvements, and suggestions for future research are scoping review investigates rigour from phenomenological and phenomenographic orientations and their appropriate fit into the discourses identified by researchers. The scoping review addresses the following central research question Do phenomenological and phenomenographic studies in published library science research share the same criteria of rigour? Library and information science LIS multi-disciplinary bibliographic databases were searched. Basic keyword searching was conducted in databases and conference proceedings were hand-searched to ensure that no articles were missed because of indexing lags. The review found that there are 18 explicitly stated phenomenological orientations and six phenomenographic orientations across LIS. Specific frameworks were applied to each method while strategies from positivism were used interchangeably. There must be a balance between generalizability, reliability, and validity, rather than an over-reliance on one of these pillars. Furthermore, LIS researchers must familiarize themselves with different phenomenological and phenomenographic orientations to apply their methodologies Statement One of the initial tasks of the school staff is to create a safe environment, which is free of negative behaviors and role models. However, there has been a concern for the violence in the schools. Most of studies in the literature has focused on aggression, violence, and bullying among students. But, teacher violence against students hasn't been studied sufficiently. In order to investigate this type of violence, a self-report instrument is needed. Purpose of the Study This study aimed to develop and validate the Teacher Violence Scale TVS, which measures different forms of violent behaviors displayed by teachers against students. Method The psychometric properties of the TVS were explored on two separate participant groups. The first one was consisted of 583 girls and boys high school students. The second one was composed of 878 girls and boys high school students. The initial phases of scale development started with defining the target construct, generating items, and receiving expert reviews. The pilot form was administered to the first participant group and the final form was validated on the second participant group. In addition, some evidence for convergent, discriminant and divergent validity of the TVS were explored. Lastly, the internal consistency for the entire scale and the sub-dimensions of the TVS and the item analysis of the TVS were investigated. Findings and Results The exploratory factor analysis EFA indicated that the TVS is a 36-item scale with 5 factors namely physical violence 11 items, sexual violence 6 items, accusing/humiliating 8 items, taunting 5 items, and oppressing 6 items. This 5-factor structure explained approximately 64 percent of the total variance. The confirmatory factor analysis CFA showed that the 5-factor model was validated [χ2584 = χ2/df = RMSEA = .04, SRMR = .06, NNFI = .99, CFI =.99]. The TVS had a strong evidence for convergent, discriminant and divergent validity. In addition, it had good internal consistency for the scores of entire scale and sub-dimensions. Conclusion and Recommendations This study presented some psychometric evidence for the TVS. The results of EFA and CFA indicated that the TVS is a 36-item scale with 5 sub-dimensions. It is expected that the TVS will fill a gap and will be a useful instrument to measure teachers’ violence towards students. Further studies should provide additional evidence for predictive and cross validity and test-retest reliability of the directed toward teachers has been understudied despite significant media and empirical investigation on school violence, such as student-to-student victimization and bullying. To date, there are relatively few published studies scattered across many countries. To address this void, the American Psychological Association, in collaboration with the National Education Association, created the first Violence Directed Against Teachers Task Force. Task Force recommendations and results from the Task Force national survey on teacher victimization are presented, together with teacher-reported case studies. The case studies are used to illustrate the range of educators, reported incidents, resulting actions by educators and schools, and stress faced by teachers. Implications for research and practice are The association between children's exposure to family violence and poor academic outcomes is well-established. Less is known about how exposure to violence in the school context, by teachers and by peers, affects academic functioning. Moreover, the role of children's mental health problems in this link has hardly been examined. Objectives We examined direct and indirect associations between children's experiences of violence by teachers and peers and children's mental health and school functioning while controlling for children's experiences of parental violence. Participants Using a multistage random sampling approach, we obtained a representative sample of 914 students % girls, Mage = years from 12 primary schools in Tanzania. Methods In structured interviews, students' experiences of violence and mental health problems were assessed. Students' academic performance and absenteeism were documented using school records. Associations were examined using structural equation modeling. Results Experiences of more teacher and peer violence were each significantly associated with higher externalizing problems teachers β = [95 %-CI peers β = [95 %-CI Higher externalizing problems were significantly associated with poorer academic performance β = − [95 %-CI − − implying significant indirect associations between students' experiences of teacher violence β = − [95 %-CI − − and peer violence β = − [95 %-CI − − and their academic performance via externalizing problems. Conclusion Exposure to violence at school may impair children's academic performance indirectly by increasing attention and behaviour problems. Further investigations in longitudinal studies and implementation of interventions to reduce violence in schools are ZhangJie JianYafen YuanThis research uses a mixed-method approach to investigate the role of academic capital in explaining supervisors' influence on business graduate students' creativity under the tutorial system in China. The first study used data from interviews with 32 Chinese business graduate students and determined the construction of academic capital based on supervisors' academic reputation and social resources. It identified two factors affecting the transfer of capital supervisors' information and communication technology ICT-integrated competence and supervisors' personal charisma. The second study explored the relationships among academic capital, perceived supervisor support, and creativity and the moderating roles of ICT-integrated competence and personal charisma. Responses to questionnaires by 888 business graduate students showed that, first, academic capital can promote perceived supervisor support, leading to students’ creativity. Second, the responses showed that academic capital more positively influences perceived supervisor support when the supervisor has high ICT-integrated competence and personal KaryadiputraSefto PratamaAgus Alim MuinFauzi Yusa RahmanRevolusi industri seiring dengan perkembangan teknologi informasi pada dunia pendidikan memungkinkan terciptanya suatu metode-metode pembelajaran baru yang lebih efektif dan efisien terutama dalam hal proses belajar mengajar di masa pandemi covid 19. Oleh sebab itu, seorang guru diharapkan mampu beradaptasi dengan baik terhadap perkembangan teknologi khususnya dalam proses belajar mengajar dengan terus mengembangkan kompetensinya sesuai amanat undang-undang no. 14 tahun 2005. Tujuan kegiatan pengabdian masyarakat ini yaitu membantu para guru yang tergabung dalam Musyawarah Guru Mata Pelajaran Prakarya MGMP Prakarya tingkat SMP di Kabupaten Barito Kuala terutama dalam membuat suatu media pembelajaran yang interaktif sekaligus menarik berbasis multimedia. Adapun metode yang digunakan seperti presentasi materi pelatihan, pendampingan langsung dan praktek mandiri. Hasil dari kegiatan ini mampu meningkatkan tingkat keberdayaan masyarakat peserta sebesar 70% sehingga dapat membantu guru terutama dalam hal pembuatan media pembelajaran berbasis student aggression against teachers is a prevalent problem in schools. Student threat assessment is an emerging violence prevention practice, but its use for threats against teachers has not been investigated. This study examined use of threat assessment for a statewide sample of student threats against teachers n = 226 compared to threats against other students n = 1,228. Results indicated that threats against teachers were less prevalent than threats against peers Of threats against teachers, 30% were classified as serious by the school’s threat assessment team and were attempted. Implications for school policy and practice and teacher safety are Violence directed against teachers is a public health issue that warrants attention in research and practice. There is a growing literature on teacher-directed violence that has examined the prevalence of these incidents, yet there is considerable variation across studies. There is a need for a systematic and comprehensive review to assess the extent of the problem. Method In the current study, we identified 5,337 articles through our initial screening process, and our final analysis included 24 studies that met criteria for this meta-analysis. We examined prevalence of violence perpetrated against teachers by students and how these rates varied by reporting time frame, reporter, and type of violence. Results The prevalence of any type of teacher-reported violence victimization within ≤ 2 years ranged from 20% to 75% with a pooled prevalence of 53%. The prevalence according to a career time frame was lower, ranging from 32% to 40% with a pooled prevalence of Results also show variation in prevalence according to victimization type physical attacks or theft of personal property, with lower prevalence rates for more intrusive types of victimization. Conclusions This study represents the first meta-analysis investigating the prevalence of student violence directed against teachers. Findings provide evidence of the high rate of violence directed toward teachers, especially when accounting for both physical and nonphysical forms of violence. Teacher victimization appears to be an international problem, suggesting that the discourse by policymakers and practitioners should be framed within an international context while also considering local nuances. Soner Mehmet ÖzdemirThis study seeks to investigate violence against teachers. A total of 902 teachers working at the elementary schools and at secondary schools located in the center of Kırıkkale, Turkey were enrolled in the study. Data were gathered by an instrument designed by the researcher and aiming to measure violence against teachers. Analyses included descriptive statistics and the Chi-Square Test of Independence. The results of the study revealed that teachers often experienced emotional followed by verbal physical and sexual violence. The results also indicated that male teachers were exposed to physical violence while female teachers were mostly facing verbal and emotional violence. Besides, it has been found that secondary school teachers were experienced violence acts more than elementary school teachers do. Penggunaanteknologi di bidang pendidikan memang merupakan sebuah terobosan besar tapi pada saat yang sama juga merupakan tantangan tersendiri. Ternyata masih banyak guru yang "gaptek" atau gagap teknologi yang mengakibatkan gaya mengajar mereka menjadi kuno dan kurang disukai anak didiknya.
Era digital memang menjadi era yang menuntut guru harus bisa berubah dari berbagai hal di zaman sebelumnya. Sebagai perumpamaan, jika dulu guru dalam proses belajar-mengajarnya menggunakan papan tulis dan kapur tetapi sekarang guru dituntut untuk bisa menggunakan slide dari Powerpoint dan lain sebagainya. Jadi mau tidak mau seorang guru juga harus bisa dan belajar terkait banyak hal agar tidak ketinggalan dengan anak didiknya. Ketika posisi anak didik lebih cerdas dari gurunya tentunya akan berakibat fatal karena bisa saja dia memanfaatkan teknologi untuk hal yang masih banyak lagi tantangan yang memang harus dihadapi guru di zaman seperti sekarang ini. Selain tantangan, seorang guru juga harus mampu mengembangkan potensi seperti apa tantangan dan potensi tersebut bagi seorang guru di era digital ini?Tantangan GuruTantangan guru di era digital ini sangat besar. Misalnya, era digital ini membuat para siswa semakin dimudahkan dengan adanya teknologi terkait melihat berbagai hal di internet. Hal ini tentu berbeda dengan zaman dahulu di mana yang dilihat adalah televisi tetapi sekarang smartphone di mana proses pengawasannya jauh lebih televisi mungkin orang tua bisa memantau terkait apapun yang terlihat tetapi jika smartphone tentunya bisa dilihat sembunyi-sembunyi. Sehingga, orang tua dan guru bisa saja dibohongi oleh karena ketidakmampuannya terkait perkembangan hanya itu, guru yang gaptek juga membuat siswa tidak sepenuhnya melek digital sebab proses pengajarannya hanya sebatas di papan tulis. Proses seperti ini sebenarnya sudah mulai ditinggalkan dan sudah beralih menggunakan media digital. Jika ini dibiarkan tentunya kemampuan anak didik terhadap dunia digital stagnan dan yang mereka ketahui hanyalah sebatas bermain game online saja. Tentunya ini akan sangat berbahaya di mana fokus belajar bisa terganggu dan hasil belajar juga tidak Akan KompetensiSecara keseluruhan potensi akan kompetensi ini sebenarnya terbagi menjadi 3 bagian yaitu sosial, kepribadian dan profesional. Seluruh kompetensi tersebut harus benar-benar dimiliki oleh seorang guru untuk menjadi orang yang cerdas dan bermanfaat bagi potensi tersebut digali seharusnya seorang guru lebih bisa melakukan hal yang lebih besar, mengarahkan anak didik untuk memanfaatkan teknologi dengan baik. Atau misalnya lagi, guru menjadi tertarik bagaimana memulai bisnis online di internet berdasarkan potensi yang dimiliki. Sayangnya memang masih banyak guru yang belum mengetahui potensi besar dalam dirinya sehingga tidak mampu memanfaatkan potensi yang dimiliki menjadi sesuatu yang lebih besar. Ingin tahu bagaimana cara menggali potensi diri seorang guru yang kemudian dapat dijadikan sesuatu yang lebih berdampak besar? Ikuti workshop berikut ini, di mana Anda para guru akan diarahkan untuk menggali potensi diri dan bisa dikembangkan menjadi sebuah ide bisnis dan hal yang lainnya sehingga guru tersebut menjadi seorang “Teacherpreneur” yang mumpuni. Taukah Anda, berbekal kompetensi yang dimiliki, seorang guru bisa mendapatkan penghasilan tambahan yang bahkan bisa lebih besar dari pendapatan utamanya. Ingin tahu rahasianya, langsung klik pada poster atau klik pada link yang disediakan di Diklat “Menjadi Teacherpreneur Melalui Pemberdayaan Kompetensi Guru” melalui link INI!Info lebih lanjut, silakan menghubungi kontak berikut ini 085161610200 Lidiyah08884143817 Idha
TantanganGuru dan Masalah Sosial Di Era Digital Abdul Latif Abstract Peran guru dalam pembelajaran era digital ada tujuh yakni: (a) guru sebagai sumber belajar; peran guru sebagai sumber belajar berkaitan dengan kemampuan guru dalam menguasai materi pelajaran.
KEBERHASILAN pendidikan siswa tidak lepas dari kemampuan guru dalam mentransfer ilmu pengetahuan. Perkembangan teknologi dan pesatnya era digital menuntut kompetensi guru selalu update menjawab tantangan perkembangan teknologi. Hal itu sesuai dengan amanat UU 14/2005 tentang Guru dan Dosen. Bahwa profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Tantangan guru dalam pembelajaran era digital membutuhkan orientasi baru dalam pendidikan. Pendidikan yang menekankan pada kreativitas, inisiatif, dan inovatif. Di sisi lain masih banyak guru 80-an, sementara muridnya sudah memakai produk digital kontemporer. Akibatnya, sedikit banyak para murid mempunyai pandangan berbeda dengan guru. Pertumbuhan dan perkembangan era digital ini melahirkan pandangan baru pada semua bidang kehidupan manusia, baik sosial, budaya, ekonomi, politik, dan lain sebagainya. Sehingga menuntut guru sebagai agent of change terhadap siswa mempunyai peran penting agar tidak ada murid yang terisolasi dalam informasi. Menjadi guru era 80-an berbeda dengan era digital. Karisma guru tidak lagi menjadi prioritas utama, akan tetapi harus dipadukan dengan kemampuan nyata saat ini. Karena itu, pendidikan merupakan salah satu tonggak utama dalam perkembangan sebuah bangsa. Melalui pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan lulusan yang mampu berdaya saing. Salah satu elemen penting dalam pendidikan adalah ketersediaan tenaga guru yang kompeten dan profesionalitas dalam mentransfer ilmu pengetahuan. Kompetensi Guru PP 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 28 disebutkan, ”pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompentensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rokhani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kompetensi guru merupakan kemampuan guru untuk mentransfer pengetahuan dan keterampilannya dalam melaksanakan kewajiban pembelajaran secara profesional dan bertanggung jawab. Menurut UU 14/2005 tentang Guru dan Dosen pasal 1 ayat 10, kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Berdasarkan Permendiknas 16/2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, standar kompetensi guru dikembangkan secara utuh dari 4 kompetensi utama. Yaitu, kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial. Keempat bidang kompetensi di atas tidak berdiri sendiri-sendiri. Melainkan saling berhubungan dan saling memengaruhi dan mempunyai hubungan hierarkis. Sertifikasi Guru Sertifikasi guru merupakan upaya peningkatan mutu guru yang diikuti dengan peningkatan kesejahteraan guru. Sehingga diharapkan dapat meningkatkan mutu pembelajaran dan mutu pendidikan di Indonesia secara berkelanjutan Depdiknas, 20081. Menurut Puguh, peningkatan kompetensi dan profesionalisme guru SMK dapat dilakukan dengan beberapa cara. Antara lain, studi lanjut program strata 2, kursus dan pelatihan, pemanfaatan jurnal, seminar, kerja sama antara lembaga profesi, dan lain lain. Pembangunan pendidikan merupakan salah satu prioritas utama dalam agenda pembangunan nasional. Pemerintah berkewajiban memenuhi hak setiap warga negara dalam memperoleh layanan pendidikan guna meningkatkan kualitas hidup bangsa Indonesia sebagaimana diamanatkan UUD 1945. Demikian juga warga negara di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat yang terpencil berhak memperoleh pendidikan layanan khusus pasal 5 ayat 2, 3, dan 4.
Inisemua akan menjadi tantangan terbesar bagi para guru. Canggihnya teknologi akan menyebabkan komunikasi antarpeserta didik dapat terjalin dengan rahasia. Ketika obrolan dunia maya antaranak didik tanpa ada campur orang tua dan guru, maka sangat riskan mereka akan bertindak sesuai dengan nafsu jiwa muda.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Pengaruh teknologi digital terus berkembang dengan pesat dalam dunia kerja saat ini. Era digital telah mengubah cara kita bekerja, berkomunikasi, dan berkolaborasi. Namun, bersama dengan kemajuan teknologi ini, muncul pula tantangan baru yang harus dihadapi oleh para profesional. Untuk tetap relevan dan sukses dalam lingkungan kerja yang semakin digital ini, meningkatkan profesionalisme menjadi sangat adalah beberapa langkah yang dapat diambil untuk meningkatkan profesionalisme di era digitalTingkatkan Kompetensi Digital Anda Penguasaan teknologi digital adalah keterampilan yang sangat penting di era ini. Pastikan Anda memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menggunakan alat-alat dan platform digital yang umum digunakan di tempat kerja. Pelajari tentang aplikasi produktivitas, manajemen proyek, kolaborasi online, dan alat komunikasi digital lainnya. Tingkatkan kemampuan Anda dalam menggunakan perangkat lunak dan aplikasi terkait pekerjaan Anda agar lebih efisien dan efektif. Jaga Etika dan Profesionalisme dalam Komunikasi Digital Dalam era digital, komunikasi sering dilakukan melalui email, pesan instan, atau platform kolaborasi online. Penting untuk menjaga etika dan profesionalisme dalam setiap bentuk komunikasi digital. Gunakan bahasa yang sopan dan jelas, beri perhatian pada tata krama digital seperti menulis subjek yang jelas dalam email, merespons dengan cepat, dan menghindari penggunaan huruf besar yang berlebihan yang dianggap seperti berteriak. Selain itu, penting juga untuk menghormati privasi orang lain dan menghindari berbagi informasi pribadi yang tidak relevan melalui kanal komunikasi digital. Tingkatkan Kemampuan Kolaborasi dan Jaringan Online Di era digital, kolaborasi dan jaringan dapat terjadi secara online melalui platform seperti alat konferensi video, jejaring sosial profesional, atau platform kolaborasi proyek. Manfaatkan kesempatan ini untuk memperluas jaringan profesional Anda, terlibat dalam proyek bersama secara virtual, dan berbagi pengetahuan dengan rekan kerja Anda. Juga, pastikan untuk berpartisipasi aktif dalam diskusi online yang relevan dengan bidang pekerjaan Anda. Dengan berkolaborasi secara efektif dan membangun jaringan yang kuat, Anda dapat meningkatkan profesionalisme Anda di era digital Keseimbangan antara Kehidupan Pribadi dan Profesional Dalam era digital yang terkoneksi secara terus-menerus, batas antara kehidupan pribadi dan profesional dapat menjadi kabur. Penting untuk menjaga keseimbangan yang sehat antara pekerjaan dan kehidupan pribadi Anda. Tetapkan waktu yang jelas untuk istirahat, liburan, dan menjaga hubungan dengan keluarga dan teman-teman. Jaga agar tidak terjebak dalam siklus kerja yang nonstop dan tetapkan batasan yang jelas untuk diri sendiri dalam menggunakan teknologi era digital yang terus berkembang ini, meningkatkan profesionalisme adalah kunci untuk sukses di tempat kerja. Dengan meningkatkan kompetensi digital, menjaga etika dan profesionalisme dalam komunikasi, membangun kemampuan kolaborasi dan jaringan online, serta menjaga keseimbangan antara kehidupan pribadi dan profesional, Anda dapat mengatasi tantangan baru yang muncul dan menjadi profesional yang tangguh di era digital ini Lihat Humaniora Selengkapnya Peranguru dalam pembelajaran. Agar dapat memberikan pembelajaran yang maksimal kepada para peserta didik. Berikut inilah tantangan guru di era digital yang harus dihadapi dan bagaimana strategi menghadapinya. 1. Mengajarkan konsep abstrak dengan cara sederhana. Di era pendidikan 4.0, peran guru dalam pembelajaran bukan lagi dituntut mengajar
Tantangan Guru dan Masalah Sosial Di Era Digital Abstract Peran guru dalam pembelajaran era digital ada tujuh yakni a guru sebagai sumber belajar; peran guru sebagai sumber belajar berkaitan dengan kemampuan guru dalam menguasai materi pelajaran. b guru sebagai fasilitator; peran guru sebagai fasilitator dalam memberikan pelayanan kepada siswa untuk dapat memudahkan siswa menerima materi pelajaran. c guru sebagai pengelola; dalam proses pembelajaran, guru berperan untuk memegang kendali penuh atas iklim dalam suasana pembelajaran; d guru sebagai demonstrator; berperan sebagai demonstrator maksudnya disini bukanlah turun ke jalan untuk berdemo. Guru itu sebagai sosok yang berperan untuk menunjukkan sikap-sikap yang akan menginspirasi siswa untuk melakukan hal yang sama, bahkan lebih baik; e guru sebagai pembimbing; perannya sebagai seorang pembimbing, guru diminta untuk dapat mengarahkan kepada siswa untuk menjadi seperti yang diinginkannya; f guru sebagai motivator; proses pembelajaran akan berhasil jika siswa memiliki motivasi didalam dirinya; g guru sebagai elevator; guru haruslah mengevaluasi semua hasil yang telah dilakukan selama proses guru di era digital; guru sampai sekarang masih banyak memakai produk 80-an, sementara muridnya sudah memakai produk kontemporer. Akibatnya, para murid berbeda secara radikal dengan para guru, karena banyak terjadi ketidaknyambungan di sana-sini. Kita tahu bahwa murid sekarang tidak lagi cocok dengan sistem pendidikan abad 20. Namun, praksis di lapangan para guru masih tidak memahami hal ini. Banyak guru kita yang lambat mengejar laju modernisasi pendidikan. Yang terjadi kemudian adalah murid sudah mampu menerima informasi secara cepat dari berbagai sumber multimedia, sementara banyak guru acapkali memberikan informasi dengan lambat dan dari sumber-sumber terbatas. Keywords Guru, Masalah Sosial, Era Digital DOI Refbacks There are currently no refbacks. Copyright c 2020 Abdul Latif Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi-BerbagiSerupa Internasional.
Demikianlahinformasi terkait tantangan guru di era digital yangmana guru dituntut untuk mengikuti perkembangan zaman dan diharapkan setiap sekolah dapat mencetak lulusan yang paham akan teknologi agar siswa mampu bersaing di dunia kerja dengan persaingan yang semakin ketat. [Silahkan dibagikan kepada guru-guru di seluruh Indonesia]
Di abad 21 atau yang sering disebut sebagai era digital, guru memiliki peran yang sangat signifikan dalam pendidikan. Seiring waktu berjalan, tantangan guru di era digital semakin berat dan kompleks. Setiap guru harus mampu menjawab tuntutan perkembangan zaman, dengan terus melakukan update informasi. Tepatnya, di era yang serba digital ini, setiap guru harus mampu beradaptasi dengan cara mengubah metode pembelajaran agar sesuai dengan perkembangan zaman dan tuntutan peserta didik. Era digital telah mengubah pandangan dunia tentang politik, ekonomi, sosial, termasuk juga dalam dunia pendidikan. Khusus dalam dunia pendidikan, era digital sangat mewarnai perkembangan dunia pendidikan. Untuk itu, guru sebagai salah satu stakeholders pendidikan, memiliki peran yang sangat strategis dalam proses pembelajaran di era digital. To read the file of this research, you can request a copy directly from the has not been able to resolve any citations for this has not been able to resolve any references for this publication.
Terkaitdengan tema Guru di Era Digital, bisa dikatakan bahwa siswa yang berupaya untuk menciptakan pengetahuan baru dalam proses konstruksi, membutuhkan daya dukung yang kuat untuk bisa berkreasi dengan maksimal. Daya dukung itu adalah lingkungan belajar, media, termasuk media digital, sumber belajar, termasuk sumber-sumber informasi di internet. Tantangan Guru di Era Digital – Tidak dapat dipungkiri bahwa di era modern sekarang, seorang tenaga pendidik dituntut untuk memiliki kompetensi digital mengikuti perkembangan zaman. Penguasaan kompetensi di era sekarang tidak hanya menuntut guru untuk menguasai materi pelajaran saja, tetapi juga menuntut guru untuk menguasai teknologi agar kegiatan belajar mengajar berjalan efektif dan efisien dan menghasilkan lulusan yang mampu bersaing di dunia kerja dengan persaingan yang sangat Guru di Era digitalDi era industri kita dihadapkan pada perkembangan zaman yang semakin canggih sehingga mengalami banyak perubahan termasuk dalam dunia zaman serba digital, peran guru sangat penting karena seorang guru merupakan ujung tombak atau pelaksana untuk mencerdaskan anak bangsa agar mampu menjawab tantangan hal ini, guru dihadapkan pada masalah digitalisasi yangmana tidak semua guru menguasai skill atau kemampuan teknologi. Guru dituntut bersikap professional untuk terus belajar agar dirinya mampu berkembang beradaptasi mengenai hal-hal baru untuk mengikuti perkembangan zaman guna menciptakan lulusan terbaik yang mempunyai skill digital yangmana sangat dibutuhkan di dunia kerja. Kompetensi yang harus dimiliki Guru di era digitalDi era digital terdapat 4 kompetensi guru yang dapat mempengaruhi keberhasilan kegiatan belajar mengajar, yaituKompetensi pedagogik terkait dengan kemampuan yang dimiliki oleh guru saat mengajar dan mengelola kepribadian terkait dengan pribadi seorang guru yang pantas untuk digugu dan sosial terkait dengan kemampuan guru dalam menjalin komunikasi dengan siswa, sesama guru, pemimpin dan staf sekolah, serta orang tua profesional adalah kemampuan guru terkait dengan bidang keilmuannya, seberapa jauh dia menguasai kemampuan yang harus dimiliki guru di era digitalMenjadi model belajarMenjadi guru professional diharapkan mampu menjadi model belajar terkait penggunaan media digital kepada siswa, seperti guru dapat mentransfer pengetahuan teknologi dan guru juga dapat mencontohkan penggunaan tools-tools digital untuk mendorong kreativitas pembelajaranDahulu, siswa sekolah hanya menggunakan media papan tulis, bahan ajar berupa buku dan berbagai media lain secara sederhana. Namun, di era digital guru dapat melakukan berbagai macam inovasi pembelajaran untuk menunjang pembelajaran. Inovasi pembelajaran sangat bermanfaat agar siswa tidak mudah jenuh saat proses belajar satu inovasi pembelajaran yang dapat dilakukan oleh guru adalah membuat tampilan power point yang menarik. Guru tidak harus menggunakan papan tulis untuk mengajar tetapi juga bisa melalui tampilan power point yang di desain dengan semenarik mungkin sehingga dapat menarik perhatian siswa dan pembelajaran terasa lebih / kompetensi penunjangSeorang guru dalam mengajar tentunya sudah dibekali dengan skill akademik berupa materi pelajaran. Tetapi, di era digital guru membutuhkan skill yang lain untuk membantu pekerjaan, seperti kemampuan membuat video, editing, menulis, dan masih banyak lagi skill yang harus dikuasai menggunakan internet dalam konteks pendidikanSaat ini, media internet tidak dapat dipisahkan dalam proses belajar siswa karena penggunaan informasi banyak tersedia melalui internet dan dapat diakses dengan mudah dimana saja dan kapan informasi terkait tantangan guru di era digital yangmana guru dituntut untuk mengikuti perkembangan zaman dan diharapkan setiap sekolah dapat mencetak lulusan yang paham akan teknologi agar siswa mampu bersaing di dunia kerja dengan persaingan yang semakin ketat. [Silahkan dibagikan kepada guru-guru di seluruh Indonesia]Dapatkan informasi guru terupdate dengan join channel telegram Siti Mahsunah

polakomunikasi yang terjadi dalam pembelajaran yang disajikan oleh guru adalah sebuah pola komunikasi yang humanis karena komunikasi antara manusia dengan manusia yang lebih melibatkan suasana hati, rasa peduli, dan tenggang rasa yang tidak mungkin dialami anak didik ketika belajar dengan menggunakan alat-alat pembelajaran elektronik yang

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Menghadapi Tantangan Pendidikan di Era Digital Merangkul Inovasi untuk Masa Depan yang Lebih BaikPendidikan merupakan fondasi penting dalam membangun masyarakat yang berkembang dan berdaya saing. Namun, di era digital yang terus berkembang pesat ini, kita dihadapkan pada berbagai tantangan yang mempengaruhi sistem pendidikan kita. Dalam menghadapi realitas ini, kita perlu merangkul inovasi dan memperkuat pendekatan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masa depan. Salah satu tantangan utama pendidikan saat ini adalah kesenjangan digital. Meskipun teknologi telah menghadirkan peluang baru dalam pembelajaran, masih ada akses terbatas terhadap perangkat dan konektivitas internet, terutama di daerah pedesaan atau daerah terpencil. Untuk mengatasi ini, diperlukan kerjasama antara pemerintah, sekolah, dan sektor swasta dalam memastikan akses teknologi yang merata bagi semua siswa. Program pemerintah yang berfokus pada penyediaan infrastruktur teknologi yang terjangkau dan pelatihan bagi guru tentang penggunaan teknologi dapat menjadi langkah awal yang signifikan. Selain itu, perlu ada perubahan paradigma dalam kurikulum pendidikan. Dunia telah berubah secara dramatis, dengan munculnya teknologi baru, perkembangan ekonomi, dan tantangan global yang semakin kompleks. Kurikulum yang hanya didasarkan pada pengetahuan akademik tradisional tidak lagi memadai. Perlu ada penekanan yang lebih besar pada keterampilan abad ke-21, seperti pemecahan masalah, kreativitas, komunikasi, kolaborasi, dan pemikiran kritis. Guru juga perlu didukung dengan program pengembangan profesional yang mempersiapkan mereka untuk mengajar dan memfasilitasi pembelajaran yang itu, sistem evaluasi dan pengukuran dalam pendidikan juga perlu direformasi. Saat ini, pendidikan sering kali diukur hanya berdasarkan hasil tes standar, yang dapat menciptakan tekanan yang tidak sehat pada siswa dan mengabaikan berbagai aspek penting lainnya, seperti kecerdasan emosional, keterampilan sosial, dan kreativitas. Diperlukan pendekatan yang lebih holistik dalam mengevaluasi kemajuan siswa, yang mencakup penilaian formatif yang berkelanjutan dan penghargaan terhadap berbagai jenis tantangan ini, pendidikan juga harus mempersiapkan siswa untuk menghadapi perubahan yang cepat di dunia kerja. Keahlian yang diperlukan untuk sukses di tempat kerja saat ini dan di masa depan terus berkembang. Oleh karena itu, pendidikan harus mendorong siswa untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat, dengan fokus pada keterampilan yang dapat diadaptasi dan mempromosikan keinginan untuk terus menghadapi tantangan pendidikan di era digital ini, kita perlu merangkul inovasi dan berani melakukan perubahan yang diperlukan. Pendekatan yang kolaboratif antara pemerintah, sekolah, guru, dan sektor swasta akan memainkan peran penting dalam menghadapi tantangan ini. Pendidikan harus menjadi prioritas utama kita, dan kita harus berinvestasi dalam masa depan anak-anak kita dengan menyediakan pendidikan yang berkualitas, relevan, dan inklusif. Dengan cara ini, kita akan mempersiapkan generasi mendatang untuk menghadapi dunia yang kompleks dan memberikan kontribusi yang positif bagi masyarakat global. Lihat Pendidikan Selengkapnya jvjD5.
  • 4qac8oqpf3.pages.dev/388
  • 4qac8oqpf3.pages.dev/487
  • 4qac8oqpf3.pages.dev/45
  • 4qac8oqpf3.pages.dev/124
  • 4qac8oqpf3.pages.dev/344
  • 4qac8oqpf3.pages.dev/276
  • 4qac8oqpf3.pages.dev/219
  • 4qac8oqpf3.pages.dev/305
  • tantangan guru di era digital